Ingat waktuu!!

Friday, October 23, 2015

Mulung? Kenapa Enggak?

Jumat, 23 Oktober 2015. Pukul 17:00 WIB.
JAKARTA—Siapa yang tak melengkungkan senyum haru jika terlibat dalam obrolan ringan seputar pendidikan dengan dua orang anak pemulung ini? Ditemui di sekitar bantaran Banjir Kanal Timur, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur (23/10) pukul 17:00 WIB, kedua bocah ini baru saja melepas lelah seusai mengais rezeki.

Sebut saja Anis dan Ujang. Bocah-bocah lugu ini memiliki dua profesi: pelajar dan pemulung. Usia mereka baru 10 tahun dan sama-sama sedang mengenyam pendidikan kelas tiga Sekolah Dasar di salah satu yayasan yang letaknya tak jauh dari Universitas Dharma Persada, Jakarta Timur.

Hanya bermodal karung, besi pengait, dan sandal tipis mereka berani menerjang matahari. Kegiatan memulung mereka di mulai sekitar pukul satu siang hingga pukul lima sore. Seperti pada umumnya, sampah-sampah yang dipilih adalah sampah anorganik yang berasal dari botol bekas air mineral, styrofoam, kardus, plastik, dan bungkus makanan ringan. Upahnya sebenarnya tidak seberapa banyak. Sampah plastik kotor dihargai Rp. 2.000 per kilogram, sampah bersih sekitar Rp. 3.500 per kilogram,. Untuk kardus dan koran masing-masing dihargai Rp. 1.000 dan Rp. 400 per kilogram. Penghasilan mereka per hari hanya berkisar antara Rp. 7000 - Rp. 10.000. Mereka menggunakan uang itu untuk membeli makanan atau keperluan sekolah.

Kegiatan memulung setiap pulang sekolah yang mereka lakukan tidak didasari atas paksaan dari manapun. Meskipun berada dalam kelas ekonomi menengah ke bawah, orang tua Anis dan Ujang tetap memperhatikan pendidikan anak-anak mereka. “Bapak sih nyruh saya sekolah aja yang bener, kak. Biar nanti bisa jadi tentara” Ungkap Ujang dengan bangga. Namun keinginan untuk memiliki uang sendiri dan keengganan untuk menyusahkan kedua orang tua lah yang mendorong kedua bocah ini untuk mencari rezeki tambahan. “Tapi kita mulung aja, biar ada duit, nggak minta-minta lagi sama Emak sama Bapak” Tambah Anis.

Meski memulung dari siang hingga sore, kedua bocah ini tetap tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai peserta didik. “Kalo PR mah ngerjain terus kak, tapi paling pagi-pagi. Kalo malem capek” Kata Ujang saat ditanya perihal bagaimana mereka membagi waktu antara bekerja dan belajar.   

Mereka memulung dengan penuh suka cita seakan tanpa beban. “Kita mulung juga sambil main-main, kan banyak temennya” Jelas Anis dengan senyum yang mengembang.

Jika anak-anak masa kini umumnya sibuk dengan gadget, membuat heboh media sosial, jalan-jalan ke mall, atau meminta uang kepada orang tua tanpa pikir panjang untuk membeli barang-barang yang sebenarnya di luar kebutuhan pokok—Ujang dan Anis justru sibuk mengais rezeki demi mengurangi beban kedua orang tua mereka dalam memenuhi kebutuhan sekolah, meski hanya sedikit.


Bukankah sepatutnya kita lebih banyak bersyukur? (Fenna Irena).

Saturday, October 5, 2013

ANNOYING KIDS

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh~!
Ketemu lagi sama saya, stau-satunya makhluk yang masih inget alamat sama password blog lapuk ini.
Hah..
Oke, kawan-kawan lama. Sepertinya saya harus kembali nulis di sini. 
(KAWAN-KAWAN SIAPA?!)
.
.
Oh well, udah lama ya. Terakhir update di sini tahun 2011. Lumayan lapuk. 
Btw kawan-kawan, untuk pembuka saya mau bilang.. 
Aku yang dulu bukanlah yang sekaarang~ dulu ditendang sekarang aku dibuang~ dulu-dulu-dulu ku menderita~ sekarang aku tambah nistaaa~ *joget leca-leca*
.
*sigh.
.
oke cukup. 
Intinya saya cuma mau curhat. Tentang apa yang gak bisa saya ungkapkan secara verbal. 
Ah iya, hampir lupa. 
SAYA UDAH JADI MAHASISWI LHOO~ ACIEEEE
*keprok-keprok* 
cukup. Ayo mulai.
.
.
Annoying KIDS.
.
Sesungguhnya artikel ini diilhami dari pengalaman pribadi.
.
Lo tau anak jaman sekarang? 
Iya, anak yang lahir.. yaa.. paling tahun 2000-an lah. Masih bocah banget ya? Masih unyu, polos, masih baru memasuki dunia remaja yang fana ini....
Hahahahaha~
Wait..!
HELL NO!
Iya, lo kata bocah!
Unyu?!
Polos?!
Jangan bercanda! 
Asal lo tau aja, sebagian besar dari mereka sebetulnya nggak pantas disebut anak-anak. 
Mereka bukan anak-anak!
MEREKA MONSTER!
(sfx : JGER! JGER!)
Hah.. hah.. hah.. *megap-megap*
Oke. kembali ke lep-top!
Gini, pemirsah. Sebetulnya gue lagi kesel kebangetan sama salah satu anak usia... 10 tahun. 
Dia belagu, sok, sombong.. 
Dia menciba untuk bersikap dewasa sebelum waktunya...
... tapi failed. HAHAHAHA!
.
ARRGH!
.
Plis deh ya penggunaan bahasanya aja masih acak-acak! Berani bantah gue! 
Pikirannya terlalu jauh, negatif, gila..
Mereka gak bisa ambil hikmah dari apa yang mereka alami. 
Kerjaannya galaaaau mulu. Alay.
Eh dibilangin marah. 
Sok-sokan mau nglabrak.
Apaan yang mau lo labrak? Tiang?
.
Dia bilang, kami membesar-besarkan masalah?
Dia gak punya mata? Yang membesar-besarkan itu siapa?
Toh banyak anak yang bilang mereka mengesalkan.
Apa nggak bisa mikir? Kalo banyak yang bilang lo ngeselin, tandanya ya lo ngeselin!
Helloo~! 2013 nih!
Masa iya seisi dunia harus ngertiin lo? 
Yang bener aja.
Gila. 
.
.
.
HAAH~
iya itu segenap curhatan saya. Bukan curhart sih, tapi ngomel. 
mungkin kedepannya saya akan rajin nulis ngebacot di blog ini.
Wassalam. 




Friday, February 10, 2012

Meggalau sesi 2

Haaaaiiii Minna-saan! Konbawaaa-aa-aaa-aa--humpf! *disumpel sendal*
Yoaa! Assalamu'alaikuuum! Kali ini kita ketemu lagi! (kita? lu aje sendiri)
Malem ini saya akan mengeluarkan isi unek-unek yang bikin saya galau. Dan sejujurnya, saya sendiri gak tau tuh kenapa saya jadi ababil banget yah.. (ngek)

Hooah! Oke, dan kita juga kedatangan tamu kali ini...!! JANG JANG! *buka tirai bambu(?)*
Yaaa.. sesosok mahluk muncul dari balik bambu.. daaan.. iyaaaa!! Se-ekor panda sodara-sodara!! *diketok masa* Ups.. ehehe, bukan! Maksud saya, sesosok mahluk gajebo, yang entah disebut apa. Tapi lebih sering saya bilang sisi lain dari diri saya. Selama ini dia emang lebih suka ngebacot dibanding saya.. entaaah.. masa-masa SMA membuatku berubaaaaah banyak *melukin Sasuke* *digampar Sasuke lovers* *masuk ICU* #oke, abaikan!

Dan tentang guest star kita malam hari ini, dia adalah sosok lain dari diri saya (udeh di kenalin mbaaak) yang akan berdebat dengan saya. Oke, DEBAT DI MULAEEEI! GOONG!! *mukul gong*

===

Oke, kawan sehidup semati, kali ini apa yang akan kita depatkan? *gaya sok pembawa acara*
(Entah.. gue juga kagak tau cing)
*sweatdropped* lha trus? Ngapain lu di mari nek?
(Au ah gelap.. gue pan emang suka gangguin lu yee)
*sweatdropped kuadrat* Iye, lu suka amat gangguin gue ye..?
(*angguk-angguk* he'eh.. tugas gue pan emang gitu)
Tugas? Berarti lu setan dong yang bertugas menggoa manusia?
(*angguk-angguk lagi* sejenis, cuman lebih.. lebih.. lebih apaaa ya gitu)
*getok other self pake palu* Uda ah, lu kagak guna di sini, pegi sono! HUSH!! *ngambil kembag tujuh rupa*
(*sweatdropped* kagak bisa.. lu kagak bisa ngusir guee..)
Ya udin.. *nyerah*

===

Yah, berhubung other self saya emang gitu, kita lanjutkan curhat sendiri..

Hah.. jadi gini minna, saya lagi pusing sama idup saya yang kayaknya makin bobrok tingkat menengah. Saya bingung, pusing, enek, dan sebagainya. Entah saya bisa menemukan kedamaian yang sesungguhnya di mana. Saya capek, lelah..

Masalah itu datang bertubi-tubi, dan masalah terbesar adalah, lemahnya diri saya dalam menghadapi tubian masalah itu. Saya butuh sosok pegangan, siapapun, yang belum pernah saya temukan. Saya takut, saya takut... takut jikalau saya hanya menghabiskan sisa hidup saya di lembah curam yang hitam seperti ini tanpa menemukan sesosok pegangan yang bisa mengulurkan tangannya, menarik saya hingga keluar, setidaknya, keluar sedikit saja. Saya pusing dengan semua... HAAAAAAA~!!!!!!! *scream*

I WANNA SCREAM IN FRONT OF MANY PERSON THAT I HATE SO MUCH, INCLUDING MY SELF~! I HATEEEEE...!!

===

Ohok! Ohok! *batuk-batuk* Oke minna.. itulah curahan hati saya yang gajebo. Sampe ketemu di penggalauan selanjutnya- eh, cerita selanjutnya maksud ane. Dadaah! Wassalamu'alaikum~ Love minna-san muah! <3 BANZAI!

Thursday, November 10, 2011

Curhat Yok Galau Yo'a #halah

MINNNNNNNAAA-SAN!! KONBAWA! KONBAWA!!!!!!!! *mukul-mukul kaleng*

Yak, saya hadir kembali, kali ini untuk curhat sih.. bukan buat nulis artikel. YAH! SAYA BUTUH WADAH MENGELUARKAN UNEK-UNEEEK!! *jambakin rambut orang*

Okelah kalo begituh~ saya, hari, ini, eh, salah, malam, ini, maksudnya, akan, kembali, cuap-cuap, tanpa, arti, di, blog, kesayangan, saya, yang, sekarang, gak, bisa, di, lihat, isinya, entah, kenapa, padahal, ga, ada, artikel, yang, aneh-aneh, kok, yah, yah, yahahahahahahahahaha *megap-megap*

First. Soal ikan lohan.
Loe-tau-gak-seeh?- kalo ikan lohan di rumah gouweeeeh.. sekarang udah mathee geto looooh! Dan, loe-tau-gak-seeeh?- penyebab hilangnyaah nyawa ikhan louwhan gouweeh yang berhargaah itoouh, garagara streees. Yoaaahaha.. berarteeh bentar lageeh gouweeeh ikut nyusoooeeel ikhan louwhaan gouweeh doung yaaaawh?? *nusukin kunai*

Second. Soal hilangnya separuh jiwaku.
Hiks.. hiks.. aku menangis, menangis dalam diam. Terpojok dalam sudut ruangan. Membisu tak berarti. Kosong yang ku rasakan. Udara hampa tanpa harapan yang kini tersiar di hadapanku. Mereka. Mereka gila! Mereka semua gilaa!! Mereka tidak mengerti kenapa aku hanya berlari tanpa memberi seluas senyum. Mereka gila! Mereka semua gilaa!! Jika saja mereka mengerti apa yang aku rasakan, seharusnya mereka berlari lalu merengkuhku dan tak membiarkanku terseok tanpa kaki. Gila! Gilaa! Hanya orang gila yang ada!!! Terlepas dari genggaman tanganku, mendorongku pelan namun begitu nyata. Bisikan yang menyayat telinga meneteskan segetir luka di dalam dada, membuat syaraf utama seakan tak bisa menyadari apa yang telah terjadi. Hanya membisu. Membisu dalam heningnya kala itu. Petikan nada sedenting pun, tak ada. Tak ada yang bisa mengerti aku. Mereka seolah meninggalkanku, jauh, jauh menuju tempat di mana aku hanya bisa menatap_

Third. Soal soaknya kaki gueh. Hahahaha..
Kaki gue pan pernah soak yak, gara-gara lari-larian satu kilo dalam waktu enam menit aje. Yahiyalah, siapa yang kagak soak? Tapi sekarang, batin gue ikutan soak tuh. Hehe. Gimance dong? Banyak banget yang gak gue ngarti tentang mereka sih ye. Ya udeh. De'el, BoAm. Gue cuman mau curhat, kalo banyak orang yang benci gue gara-gara sikap gue yang nyebelin. Kayaknye. Tapi ntu orang kagak mau ngaku masa. Terus.. terus.. tugas-tugas gue numpuk, jadwal bejibun, batin gue makin ancur. Hehe iye gak? Iye aje ye, dari pade benjol. Mau gue bogem, terus masukin dah ke tambunan.

Fourth. Hilangnya iman dan taqwa.
Astaghfirullahaladzim.. ya Allah, hamba merasa sangat berdosa. Karena telah terlalu banyak lupa, terkadang sengaja utuk berbuat dosa. Ya Allah.. hamba begitu hancur, hamba begitu bingung dan tak tau kemana arah hamba harus berjalan, agar kembali ke jalanmu. Ya Allah, tunjukkan Nur dalam izinmu. Agar ku kembali bersujud kepadamu, kembali pulang ke hadapanmu dalam ikhlas hanya untukmu. Amin..

Saturday, June 4, 2011

Sakit hati : ibadah = Tenaaaaang :)

Sakit haaaaati! Bikin sakit hati! Semua ini terjadi berkali-kali! YEEAAAAAAA!! *teriak ala Kaka Slank* Huooh.. huooh.. osh! Assalamu'alaikum Minna-san! Konbawa! Ketemu lagi sama saya di postingan blog selanjutnya! Jang-jang!! Yeeaah! Udah jelas kan sama intro lagu di atas, tentang artikel apa yang mau saya tulis di sini? Ne!! Judulnya "SAKIT HATI di bagi IBADAH = tenaaaang" Minna pernah sakit hati? Pernah dong pastinya! Sakit hati itu harfiah, ga bisa di pungkiri semua mahluk hidup seluruh dunia! Bahkan kucing yang di guyur air pun, kalo bisa ngomong mungkin dia akan bilang sakit hati kali ya? xD Sebetulnya saya nulis artikel ini atas dorongan jiwa saya xD (ce'ileh) soalnya saat ini saya lagi sakit hati tingkat menengah. Penyebabnya sih banyak. Kalo saya sendiri jujur, gara-gara kakak kelas. Terus juga temen satu ekskul, belum lagi diri sendiri yang susah di atur. Duuuh! (lah? dia curhat) BUUUUUUT! Tenang ! saya ga akan curhat di sini kok. Yosh! Langsung aja di mulai artikelnya. Yuk mari~
Sakit Hati : Ibadah = ...
Semua pernah sakit hati? Pernah dong pastinya! Gimana rasanya? Enak? *PLAK!* Saya rasa sih cuma orang abnormal yang bilang "sakit hati" itu enak. Se-sabar apapun orang itu, se-cuek apapun orang itu, yang namanya sakit hati pasti pernah! Dan asli! Rasanya ga enak banget.

Apa sih sakit hati itu? Sakit hati. Hmm.. sakit hati itu sakit yang paaaaling susah obatnya. Kalo ada lirik lagu yang bilang "Lebih baik sakit hati, dari pada sakit gigi ini~" YAH! Itu mah bokis! xD (di kutuk penulisnya) di mana-mana juga ya, mendingan sakit gigi dari pada sakit hati! Kalo sakit gigi mah bisa ke dokter, lah sakit hati mau ke mana? Dokter cinta? *SLAP!* Well, menurut pengertian saya sakit hati itu semacam rasa gak enak yang banget-banget dan bisa bikin saya insomnia. Nih, kaya sekarang contohnya! (mulai deh curhat) Dan penyebab sakit hati ada banyaaaak macamnya! Bisa dari diri sendiri, yang merupakan perasaan ke-tidak puas-an pada hasil yang kita peroleh, atau dari orang lain. Apapun penyebabnya, yang namanya sakit hati tetep ga enak. Dampaknya juga banyak. Kalo tingkat ringan sih ya, palingan cuma nangis aja, terus curhat deh. Kalo tingkat akut bisa-bisa jadi SAYCO pun di lakonin. Iiih, horor 'ajah' Dan tingkat DANGEROUS yang super-duper itu kalo udah sampe tingkat dendam. Seperti apa yang saya bilang di atas, kalo udah dendam alias sakit hati tingkat akut, jadi sayco pun di lakuin. Dosa dong pastinya? Makanya, ayo sing-singkan lengan dan BRANTASS rasa dendam!

Susaaah!

Iyalah! Susah pastinya! Tapi HARUS di lawan! Kalo ga di lawan, si setan akan terus merasuk ke dala jiwa kita. Dan lama-lama kita akan jadi pendendam loh. Mau? Iiih, saya mah ogah~!

Terus caranya?

Caranya? Caranya susah-susah-gampang, alias banyak susahnya. Kekekekekek xD Yang paling pertama dan mendasar dulu nih : Dekatkan diri pada Alloh SWT. Caranya solat tepat waktu dan harus lima waktu! Itu paling dasar. Nah, kalo udah lancar ngelakuin level dasar, lanjooot yuk ke tingkat berikutnya yaitu...

Solat sunah! Solat sunah kan ada banyak. Ada qobliyah, ba'diyah, ada witir, tahajud, istikharah, solat hajad, solat taubat, solat sunah wudu, solat fajar, banyaaaak deh pokoknya. Nah, usahain deh sering-sering. Kalo bisa setiap hari, kalo ga bisa ya pelan-pelan. Mulai dari solat qobliyah-ba'diyah dulu. Kalo udah lancar, bru solat tahajud, paling engga satu minggu sekali deh! Dan jangan lupa di tutup witir. Saya suka denger ceramah di TV kalo pagi, dan salah satunya ngebahas tentang solat sunah. Ustadznya bilang, kalo ibadah di malam hari adalah ibadah yang paling indah. Yup, indah! Dan co cwit pastinya! Gimana ga indah, orang-orang di jagad raya ini lagi asik bermimpin entah ke mana, kita malah bangun. Melawan rasa kantuk yang RUAAAR biasa men! Terus ngambil air wudhu, abis itu solat. Uuuugh.. co cweet banget kaaaan? Dan pastinya lebih deket sama Allah SWT!

Solat sunah di malam hari itu ada empat! Dan lempat-empatnya itu keren banget manfa'atnya! Pertamaaaaa! Solat sunah taubat. Niscaya, dosa kita di ampuni oleh Alloh. Kedua! Solat sunah hajad. InsyaAllah... do'a kita di ijjabah. Ketiga! Solat sunah tahajud! Membuat kita dekat kepada Alloh. Keempat! Solat sunah witir. Dicintai oleh Alloh. Kyaaa~ co cweeet! Kalo sang maha pencipta udah cinta sama kita, apapun yang kita minta pasti di kasih! Iiiih.. mauuu~ eike juga mau! *PLAK!*

Nah, dari level pertama aja kita udah bisa nenangin diri! Apalagi kalo di tambah puasa sunah, dan banyakin dzikir! Itu yang perlu. Secara dzikir paling gampang dan fleksibel! Kapanpun di manapun bisa! InsyaAllah deh rasa sakit hati kita ga akan bertambah jadi dendam. HUAAAH~~ minna saya ngantuuuuk masa.. udah dulu ya, nulis artikelnya. Besok lanjuut dengan artikel lainnya. :) Oyasuminasa, wassalamu'alaikum.


Saturday, May 21, 2011

My Screenplays Fanfiction

Ohayoooo!! Minna! Assalamu'alaikum! Ini dia ff yang saya bilang mau di ikutin lomba! Berhubung udah ada pengumumannya jadi saya publish aja! Oke biar lebih mendalam -ce'ile- kita kenalkan tokoh tokohnya!!Tokoh utama!

Heo Youngseng sebagai Dokter


Kim Junsu sebagai Tentara

Choi Siwon sebagai tentara


Kang Minhyuk sebagai tentara


Park Jungsoo sebagai pemimpin tentara
Lead
Seperti apa pun dia, bagaimana pun orangnya, seorang pemimpin tetap memberikan yang terbaik untuk anak buahnya

Malam itu udara terasa dingin. Cuaca selalu mendung akhir-akhir ini, membuat tidak begitu banyak orang yang mau menghabiskan waktu mereka di luar rumah. Hujan belum juga berhenti dari tadi pagi, justru semakin deras.

Seorang pria muda berkaca mata berdiri di depan jendela rumahnya. Heo Youngsaeng- memegang sepasang tangkai kursi roda yang di duduki seorang pria paruh baya. Tatapan pria itu kosong walaupun kedua matanya terbuka. Wajahnya terlihat begitu pucat di bawah sinar lampu yang redup.

”Tuan Park, sepertinya hari ini tidak ada bulan. Yang ada hanya hujan dan petir” Bisik Youngsaeng pada pria itu. Ia mendorong mundur kursi roda tersebut beberapa meter dari jendela. ”Lebih baik kita masuk ke dalam-”

BLITZ! JGER!

Langkah kaki Youngsaeng spontan terhenti. Ia berbalik, kembali menghadap jendela rumahnya. Di luar, kilat masih saling menyambar. Dan salah satunya yang terbesar beberapa detik yang lalu telah membuat sebatang pohon besar di seberang rumahnya tumbang dan terbakar. Api-api itu terus merembet hingga ke jalan. Satu persatu penghuni rumah di sekitarnya mulai berdatangan panik. Beberapa dari mereka berusaha memadamkan api, dan yang lainnya -mungkin- mencoba memanggil pemadam kebakaran.

Youngsaeng menghela napas berat. Tatapan matanya sayu melihat api-api yang terus membakar pohon itu. Ia menutup matanya. Entah kenapa ingatan itu kembali terbayang di benaknya lagi. Otaknya berputar mengingat memori yang sangat menyakitkan lima tahun yang lalu. Peristiwa yang membuat pria di hadapannya jadi seperti ini.

Youngsaeng masih ingat saat ia bekerja di Rumah Sakit Angkatan Darat Seoul yang merupakan Rumah Sakit khusus untuk menangani para tentara yang terluka dalam perang atau keluarga tentara yang sakit dengan biaya pengobatan yang terjangkau.

Youngsaeng baru saja membuka pintu ruang kerja pemimpinnya, Dokter Hyunjoong Kim di paling ujung koridor rumah sakit itu. Ia melangkah ragu keluar ruangan. Keringat dingin sudah mengalir dari pori-pori kulitnya dari setadi. Ia melangkah gontai menuju gerbang rumah sakit tempat ia bekerja untuk menemui seseorang yang dimaksud pemimpinnya tadi.

Kakinya berhenti melangkah begitu sampai di depan gerbang rumah sakit itu. Di seberangnya seorang pria tegap sudah menunggunya. Youngsaeng menelan ludahnya. Sebenarnya ia belum sepenuhnya yakin atas tugas yang diberikan pemimpinnya itu, tapi kakinya tetap melangkah menyeberangi jalan raya untuk menemui pria tadi.

”Tuan Heo?” Tanya pria tadi begitu melihat Youngsaeng berdiri di depannya.

Youngsaeng mengangguk ragu sambil tersenyum kecil.

Pria tadi membuka kaca mata hitam yang sedari tadi ia kenakan, lalu mengulurkan tangannya pada Youngsaeng. ”Aku Choi Siwon, dan aku rekan kerjamu sekarang”

~o~0~o~

Youngsaeng menarik napas panjang begitu mobil yang ia tumpangi tiba di depan Kantor Pusat Angkatan Darat Seoul. Ia mendongak ke atas. Kantor yang besar. Batinnya takjub.

”Tuan Heo, masuklah. Biar aku antar kau ke ruangan pemimpin” Ucap Siwon sambil menutup pintu mobilnya, kemudian berjalan masuk ke dalam pintu utama kantor tersebut.

Youngsaeng mengangguk pelan, kemudian berjalan mengikuti Siwon di belakang. Ia kembali melirik orang-orang di sekitarnya, dan entah kenapa sebuah pemikiran kalau ia seharusnya tidak melamar pekerjaan sebagai dokter di Rumah Sakit Angkatan Darat atau apapun itu yang berhubungan dengan perang terlintas saat itu juga.

”Pemimpin ada di dalam, masuklah” Ucap Siwon mengagetkan Youngsaeng dari lamunannya.

Youngsaeng kembali menarik napas panjang. Dengan gugup dan tangan yang gemetar, ia meraih gagang pintu ruang kerja Park Jungsoo, pemimpinnya yang baru. ”Permisi”

Youngsaeng dan siwon masuk ke dalam ruangan itu. Di dalam ternyata sudah ada enam orang yang sedang duduk di sofa panjang dekat jendela besar yang tadi sempat menarik perhatiannya di bawah. ”Tuan Heo, masuklah” Sambut seorang pria muda sambil tersenyum ramah. Dari ciri-ciri yang disampaikan Hyunjoong tadi, sepertinya orang ini adalah pemimpin barunya.

Youngsaeng masuk ke dalam ruangan itu, lalu duduk di samping seorang pemuda berpakaian seragam tentara lengkap. Ia melirik name tag yang terpasang di sebelah kiri dadanya. Kang Minhyuk.

”Kalau begitu semua sudah berkumpul” Ucap Jungsoo memecah keheningan. ”Kita bisa berangkat sekarang”

Ke empat pemuda lainnya yang juga berpakaian seragam tentara lengkap satu persatu mulai bangun dan berjalan keluar ruangan. Apa? Hanya segini orang yang akan dikirimkan sebagai pasukan tambahan? Batin Youngsaeng heran.

~o~0~o~

Setelah melewati perjalanan selama lebih kurang sepuluh menit lewat jalur udara, mereka akhirnya sampai di hutan perbatasan salah satu bagian paling barat Korea Selatan. Satu persatu tentara itu turun, lalu berkumpul membentuk sebuah lingkaran sesuai komado Jungsoo.

”Baik! Sekarang kita sudah sampai di lokasi. Di seberang sana-” Jungsu mengacungkan jari telunjuknya ke depan. ”Pasukan kita sedang berperang melawan musuh. Dan di sebelah barat sana adalah markas rahasia kita” Lanjutnya, lalu kembali mengacngkan jari telunjuknya ke samping kiri. ”Choi Siwon, Kang Minhyuk, Lee Taemin, Kim Kibum, Lee Dongho! Ikuti aku ke sana sekarang! Lalu Kim Junsu, antar Youngsaeng ke markas rahasia kita. Di sana sudah banyak tentara yang membutuhkan bantuan kalian. Mengerti?!”

”Mengerti pemimpin!”

Dan dalam hitungan detik, ke lima tentara itu melesat pergi mengikuti pemimpin mereka. Sedangkan Junsu langsung menarik tangan Youngsaeng dan membawanya ke markas rahasia mereka di dalam sana.

~o~0~o~

Youngsaeng berlari tergopoh-gopoh mengikuti Junsu yang sedari tadi menarik tangannya kasar. Jantungnya berpacu cepat sesuai dengan langkah kakinya. Sebenarnya ia sudah kehabisan napas dari tadi, tapi Junsu tidak memberinya kesempatan untuk berhenti sedikitpun.

”Tu-tuan.. hosh’ hosh’ Jun-su-”

Junsu tidak perduli meskipun Youngsaeng sudah memanggilnya berulang kali dari tadi. Kakinya masih berlari cepat melewati pohon-pohon besar di depannya dan tangannya masih menggenggam tangan Youngsaeng erat.

”Tu-an”

Langkah kaki Junsu terhenti. Ia mencoba mengatur napasnya yang terasa berat. Di depan mereka sudah ada sebuah danau yang tidak diketahui berapa kedalamannya. Jika dilihat-lihat dari luar, danau tersebut kita-kita berkedalaman satu setengah meter atau mungkin lebih. Warnanya hijau kecoklatan. Dan Youngsaeng tau kalau danau itu merupakan habitat alami chlorophyta yang sudah tidak bisa ditemukan lagi di kota-kota besar.

”Kita meneyberang” Bisik Junsu pelan.

”A-apa?!”

”Bodoh! Jangan keras-keras, nanti kita bisa tertangkap!”

Youngsaeng mengangguk gugup sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. ”Ma-maaf” Ia menarik nafas panjang, berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. ”Tadi apa katamu? Kita menyeberang?” Tanya Youngsaeng dengan suara yang lebih pelan.

”Benar. Ayo”

”Tapi, di sini tidak ada kayu atau rakit”

Junsu menghela napas berat. ”Dasar anak manja” Ia memutar matanya, mencari-cari sesuatu yang kira-kira bisa digunakan untuk menyeberangi sungai.

JDAR! JDAR! JDAR!

Sebuah percikan api dan gumpalan asap tiba-tiba muncul kira-kira sepuluh meter di belakang mereka.

”Gawat! Kita ketahuan!” Bisik Junsu panik.

”A-apa?!” Youngsaeng tak kalah panik. ”La-lalu-lalu kita-”

”Masuk ke danau!”

”Apa?!”

”Ku bilang masuk ke danau! Tidak ada pilihan lain!”

”Tapi aku tidak bisa berenang!” Pekik Youngsaeng ketakutan. Air mata sudah mengapung di sudut matanya. Ia panik. Ia belum pernah mengalami situasi seperti ini sebelumnya. Lagi pula, di ilmu kedokteran ia tidak di ajarkan berenang di dalam danau! Apalagi mengingat nilai ujian renangnya hanya mendapat nilai C+ sewaktu di sekolah dulu.

”Dasar bodoh! Tidak berguna!” Pekik Jungsu kesal. ”Naik ke punggungku! Tunggu apa lagi! Cepat!”

Dengan gugup Youngsaeng naik ke punggung Junsu dan beberapa detik kemudian mereka berdua sudah masuk ke dalam danau itu. Youngsaeng menutup matanya takut. Dalam hati ia tidak putus-putusnnya berdo’a supaya tuhan mau menerima ruh nya dengan damai.

~o~0~o~

Kira-kira lima menit kemudian, mereka berdua sudah sampai di seberang danau tadi. Youngsaeng menarik napas lega karena Tuhan masih mau memberikannya kesempatan untuk hidup lebih lama lagi.

”Hei dokter bodoh!” Panggil Junsu ”Kita masih harus berlari kira-kira dua puluh meter lagi agar sampai di markas”

Youngsaeng membelalakkan matanya seketika. ”Kau bercanda”

Junsu memutar bola matanya malas ”Cepat” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

Wajah Youngsaeng langsung berubah drastis. ”Sekarang?”

”Bodoh!” Junsu mengumpat lagi. ”Hei! Dokter sepertimu kenapa harus dikirim ke medan perang seperti ini sih?! Kau hanya membuang-buang waktu saja! Cepat naik ke punggungku!”

”La-lagi?”

Junsu benar-benar kehilangan kesabarannya. ”Kubunuh kau!”

”Ba-baik! Baik! Sabarlah sedikit” Ucap Youngsaeng lalu naik ke punggung Junsu. Dan beberapa detik kemudia Junsu sudah berlari seperti seekor kuda meninggalkan tepat itu.

~o~0~o~

”Ini markas kita” Ucap Junsu begitu mereka sampai di depan sebuah gua. Gua itu tidak terlihat seperti markas tentara- menurut Youngsaeng. Baginya itu terlihat seperti tempat pemujaan siluman atau sarang kelelawar.

”Ini?”

Junsu mengangguk. ”Masuklah. Di dalam sudah banyak orang yang terluka dan membutuhkan pertolonganmu”

Youngsaeng mengangguk pelan, lalu masuk ke salam gua itu. Lembap, dingin, dan menyeramkan. Batin Youngsaeng begitu memasukinya. Di dalamnya ada belasan- bahkan puluhan orang tentara yang terluka. Dan beberapa orang tenaga medis yang sedang berusaha mengobati mereka.

”Permisi” Ucap Youngsaeng sopan pada seorang pemuda yang sedang membalut luka di kaki kiri seorang tentara. ”Aku Heo Youngsaeng, dokter baru di sini. Ada yang bisa aku bantu?”

Pemuda itu menoleh ”Kau buta? Di belakangmu banyak orang-orang yang membutuhkan pertolonganmu”

Youngsaeng berbalik. Benar. Ternyata di belakangnya sudah banyak orang-orang yang merintih kesakitan. Dengan sigap, ia langsung mengeluarkan peralatan medisnya, lalu menghampiri seseorang yang –sepertinya- terkena sepuluh luka tembak di sekujur tubuhnya. Youngsaeng kagum orang ini masih bisa hidup sampai sekarang. Dan sekali lagi terlintas pemikirannya kalau seharusnya Rumah Sakit Angkatan Darat Seoul mengirimkan lebih banyak tenaga medis lagi.

~o~0~o~

Sudah satu bulan lebih Youngsaeng menjalankan misinya sebagai dokter utama di medan perang. Dan selama itu juga ia mulai menyadari satu hal yang tidak pernah terlintas di dalam benaknya selama ia menjadi seorang dokter. Kemampuan medisnya benar-benar di uji di sini. Seharusnya ia bersyukur bisa menolong orang-orang yang mempunyai semangat juang yang tinggi untuk hidup di tengah kondisi perang seperti ini. Di rumah sakit tempat ia bekerja atau pun di Universitasnya dulu, ia belum banyak belajar cara pengobatan secara herbal tanpa menggunakan alat-alat rumah sakit yang selama ini ia pegang. Bagaimana cara mengolah tanaman ganja menjadi obat bius, bagaimana cara mengolah tanaman yang disebut Andrographis panichulata menjadi obat asma atau tanaman-tanaman lainnya.

Dan satu hal lagi. Selama di sini ia merasa lebih berguna- setidaknya untuk orang-orang yang benar-benar membutuhkannya.

”YOUNGSAENG! DOKTER YOUNGSAENG!!” Derap langkah sosok itu menggema di dalam gua. Mengagetkan Youngsaeng yang masih mengolah ramuan-ramuan barunya.

”DOKTER!”

Youngsaeng tersentak bangun. ”Minhyuk?”

Minhyuk mengatur napasnya yang terengah-engah. Keringat sudah mengalir di sekujur tubuhnya. Pakaian tentaranya terlihat kusam dibandingkan minggu lalu, waktu terakhir kali ia dan pasukan yang tersisa kembali ke markas untuk mengantar seorang tentara yang terluka. ”Dokter! Cepatlah! Kami membutuhkan bantuanmu!”

”Memangnya ada apa?!” Tanya Youngsaeng panik. ”Apa yang terjadi?”

”Pemimpin, Junsu sshi, Youngwoon sshi, dan yang lainnya- pasukan- pasukan yang lainnya, mereka-” Minhyuk menggantung kata-katanya. Ia menarik napas panjang. Terlihat air mata mengalir dari sepasang matanya. Ia mengatur napasnya yang sesegukan. ”Semua pasukan kami habis. Habis! Bom itu sudah membakarnya- membakar- membakar semuanya! Mereka- mati”

Youngsaeng membelalakan matanya tak percaya. Hatinya mencelos. Ia berbalik. Di belakangnya masih banyak tentara-tentara yang tak berdaya yang membutuhkan bantuannya. Tapi di luar sana pemimpinnya, teman-temannya, mereka juga membutuhkannya.

”Dokter, pergilah” Ucap Kyuhyun yang merupakan salah satu tenaga medis di sana. ”Urusan mereka biar aku dan yang lainnya menangani” Ucapnya meyakinkan.

Youngsaeng membungkuk hormat. Sebelum ia pergi, ia sempat berbalik- menghadap tentara-tentara lainnya yang masih tersisa. Tangannya membentuk sudut empat puluh lima derajat. Ia hormat pada mereka, yang juga di balas dengan senyuman hangat. Lalu beberapa detik kemudian, ia dan Minhyuk langsung berlari menuju tempat teman-temannya.

~o~0~o~

Dari kejauhan saja Youngsaeng sudah bisa melihat kepulan asap hitam yang membakar pohon-pohon di sebrang sana. Ia menatapnya miris. Membayangkan teman-temannya dan pemimpinnya- pemimpin mereka satu-satunya ada di sana, dan ikut terbkar. Ia tidak punya waktu lagi. Kakinya melangkah cepat ke arah kepulan asap itu, sambil sesekali terbatuk akibat karbon monoksida yang ditimbulkan asap-asap tadi.

Youngsaeng berlari menembus asap-asap dan pepohonan yang tumbang di depannya. Dari arah kanannya terdengar rintihan seseorang yang ia yakini suara Siwon. Refleks, ia berlari menuju arah suara itu dan menemukan tubuh Siwon serta Jungsoo berada di bawah runtuhan sebuah batang pohon yang cukup besar. ”Minhyuk! Bantu aku!” Panggil Youngsaeng sambil berusaha mengangkat batang pohon itu.

Minhyuk berlari menghampiri Youngsaeng dari arah berlawanan ”Dokter! Di sana juga ada Junsu sshi dan Yonghwa sshi!” Tunjuk Minhyuk ke arah sebuah batang pohon yang tumbang di pinggir sungai.

Youngsaeng sejenak melirik ke arah runtuhan batang pohon yang lain, mencoba menemukan tentara lain yang masih memungkinkan untuk diselamatkan. Tapi sepertinya tidak ada tentara lagi yang tersisa. ”Bantu aku mengangkat ini dulu, setelah itu bantu yang lain”

~o~0~o~

Youngsaeng, dibantu Minhyuk dan Siwon berhasil mengangkat batang pohon yang menimpa kaki kanan Junsu. Di pelukan Junsu ada jasad Yonghwa yang sudah tidak bernyawa. Youngsaeng menoleh ke belakang. Di sana juga ada Jungsoo yang sudah tidak sadarkan diri.

Terdengar isak tangis dari mulut Junsu. Ia menutupi wajahnya dengan lengan kirinya. Helaan napasnya terdengar berat di iringi tetesan air matanya yang jatuh ke tanah. ”Aku membencinya” Ia mengangkat wajahnya, lalu merangkak menghampiri Jungsoo yang masih tidak sadarkan diri. ”AKU MEMBENCIMU PARK JUNGSOO!! AKU MEMBENCIMU!!”

Youngsaeng mengangkat wajahnya kaget. ”Junsu sshi! Kau kenapa?! Dia itu pemimpinmu!!”

”Aku tidak butuh pemimpin tak berguna sepertinya! Kalau saja dia mau mengikuti kata-kataku, kita tidak akan seperti ini! Youngwoon, Yonghwa, Taemin, Kibum.. Mereka tak mungkin mati! Pemimpin tolol!”

”Junsu, tutup mulutmu!” Potong Siwon marah. ”Kau tidak tau apa-apa!”

”Kau-!”

DUAR!!

Pertengkaran kedua pria tadi sopntan terhenti. Di belakang mereka kepulan asap dan api kembali membakar pohon-pohon yang tersisa.

”Lari!” Komando Minhyuk.

”Tapi. Pemimpin-”

”Kubilang lari! Biar pemimpin aku yang urus!”

Mereka bertiga saling bertatapan. Kemudian mengangguk dan berlari menjauh. ”Pastikan kau menyusul di belakang kami, Minhyuk!” Teriak Siwon dari kejauhan.

Minhyuk berbalik, lalu menatap kembali Jasad Yonghwa yang sudah terbujur kaku untuk terakhir kalinya. Ia meneteskan air matanya, kemudian mengangkat tubuh Jungsoo yang masih tak sadarkan diri dan berlari menyusul teman-temannya.

~o~0~o~

Suara senapan yang siap membunuh mereka terus terdengar di belakangnya. Minhyuk menoleh sejenak, dan melihat sekumpulan tentara musuh yang siap membunuhnya dengan puluhan senjata api. Minhyuk terus berusaha berlari meskipun tenaganya sudah terkuras habis. Lututnya terasa gemetar, dan tubuhnya sudah kehilangan keseimbangan. Ia jatuh tersungkur ke tanah. Tidak! Aku tidak boleh membahayakan pemimpin! Batinnya. Ia mengelap peluh yang mengalir di sekujur tubuhnya. Ia sudah tidak kuat berlari- bahkan bergerak. Ia tidak punya pilihan lain. ”Siwon sshi! Selamatkan pemimpin! Aku serahkan pemimpin kepada kalian!” Pekiknya lirih.

Siwon, Youngsaeng, dan Junsu berhenti lalu berbalik. Siwon berlari kecil menghampiri Minhyuk yang sudah terlihat tak berdaya. ”Minhyuk, bertahanlah!”

Minhyuk menggeleng, lalu tersenyum kecil ”Pergilah. Selamatkan pemimpin, perjalananku sampai di sini saja”

Siwon menggeleng ”Jangan berkata seperti itu-”

”Tidak, aku serius”

Suara tembakan musuh kembali terdengar di belakang mereka. Minhyuk mengangkat kepalanya, menatap Siwon penuh pengharapan. ”Bawa pemimpin”

”Tapi kau-” Siwon melihat kepulan tentara musuh yang semakin mendekat, lalu di tatapnya Minhyuk yang sudah terkulai lemah. Siwon mengangkat tubuh Jungsoo dari punggung Minhyuk, lalu berlari kecil menyusul Youngsaeng dan Junsu. Minhyuk tersenyum kecil melihat ketiga temannya berlari menyelamatkan diri sambil membawa pemimpin mereka. Ia membentuk sebuah gerakan hormat untuk terakhir kalinya. Air matanya menetes lagi dari sepasang matanya yang sipit.

Sementara tentara musuh semakin mendekat, dan dekat lagi.

~o~0~o~

Siwon, Youngsaeng, dan Junsu masih berlari menyelamatkan diri. Sebentar lagi mereka sampai di markas rahasia, tapi-

Langkah mereka serempak terhenti saat melihat kepulan asap tebal yang mengepul di depan mereka. Dan mereka yakin, bahwa markas markas rahasia mereka juga sudah habis terbakar.

Youngsaeng terduduk lemas di tanah. Kepalanya menggeleng-geleng cepat, mencoba meyakinkan dirinya sendiri kalau semuanya akan baik-baik saja. Tapi, sebuah takdir kejam telah ia lihat di depan matanya sendiri. Dan tak ada yang bisa ia lakukan lagi selain menangis sejadi-jadinya. Teman-temannya, Kyuhyun, Ryeowook, Hyungjoon, habis! Habis semua!

Siwon menepuk pundak Youngsaeng berusaha menenangkan dirinya. Youngsaeng menatap wajah Siwon dan Junsu bergantian. Air matanya masih mengalir dari sepasang matanya yang sembab. ”Ke mana kita sekarang?” Tanyanya putus asa.

Siwon dan Junsu saling bertatapan, belum sempat ke duanya mengatakan apa-apa, tiba-tiba saja Siwon mendengar sesuatu bergesek-gesek di belakangnya. Refleks, ia berlari ke belakang, lalu menarik seorang tentara musuh dari balik pohon tak jauh di belakang mereka. Satu-persatu tentara musuh yang lain keluar dari tempat persembunyiannya dan mengepung Siwon dalam satu gerakan.

Siwon dengan sigap menghajar mereka satu persatu, lalu membuang senjata mereka jauh ke belakang. ”LARI!” Perintah Siwon. ”KU BILANG LARI!”

Youngsaeng dan Junsu tidak punya pilihan lain selain pergi sambil membawa pemimpinnya menjauh.

JDOR! JDOR! JDOR!

Tiga kali letusan senjata api terdengar di belakangnya. Youngsaeng menoleh. Matanya membelalak kaget melihat tubuh tegap Siwon ambruk di depan matanya. Siwon tersenyum kecil, dengan darah yang menetes di sudut bibirnya. Ia membuat sebuah gerakan hormat ke arah Youngsaeng dan Junsu, lalu jatuh ke tanah. Lemas, tanpa nyawa.

~o~0~o~

Youngsaeng dan Junsu akhirnya tiba di dekat perbatasan laut yang mereka yakini aman dari serangan musuh. ”Sebentar lagi kita sampai, Junsu sshi!” Pekik Youngsaeng antusias. ”Lihat- Junsu sshi? Junsu sshi? Kau kenapa?”

Junsu jatuh terduduk ke tanah. Ia terbatuk, lalu mulutnya mengeluarkan darah yang sangat kental. Tubuhnya bergetar hebat, sepertinya ia kehilangan banyak darah.

”JUNSU SSHI!”

”Akh-aku ti-tidak, apa-apa. Kau jalan duluan saja, biar aku menyusul teman-temanku”

”Apa maksudmu?!”

Junsu hanya tersenyum di sela-sela nafasnya yang terputus-putus. ”Sampaikan pada pemimpin, kalau aku membencinya tapi jangan bilang kalau aku yang menyelamatkannya dari peluru beracun empat jam yang lalu”

Senyap..

Youngsaeng mengelap setes air mata yang mengalir melewati pipinya. Ia kembali mengangkat wajahnya, menatap lurus ke depan jendela. Hujan belum juga berhenti tapi sepertinya pemadam kebakaran berhasil memadamkan api-api itu. Syukurlah.

Ia menunduk, alisnya berkerut heran menatap sepasang kelopak mata pria di depannya yang sudah tertutup. Sepertinya ia terlalu larut dalam masa lalunya, hingga tidak memperhatikan pria di depannya.

Youngsaeng mengangkat tangan kanannya, lalu menyentuh pipi kiri pria itu. Ia tersentak kaget begitu merasakan suhu tubuh pria itu turun drastis. Buru-buru ia memeriksa denyut nadi dan pernafasan pria itu, Berhenti. Semua sudah berhenti.

Youngsaeng mengusap wajah pemimpinnya pelan. Butir-butir air mata kembali mengalir, kali ini lebih deras di iringi isak tangisnya yang tersendat. ”Tugasmu sudah selesai sersan, sepenuhnya”

Dan seperti apapun dia, bagaimanapun orangnya, seorang anak buah tetaplah memberikan yang terbaik untuk pemimpinnya_

~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~

Gimana? Gimana? Bagus? (enggaaaak!) Jelek? (Iya! Kurang seru!) Hehehehe, iya emang kurag banyak actionnya ==" Ya udah, udah terlanjur lagian. Ga menang juga ga apa-apa. Yang penting... asiik! *GEPLAK!* Oke minna, matta ne^^ wassalamu'alaikum!



Tuesday, May 17, 2011

Proyek ff baru

Huaaaa~! Konbawa minna!! ^_^ Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh!
Hari ini saya kesambet lagi! (kesambet mulu pen?) Hohoho.. gak tau aja, dari tadi saya gegulingan sendiri di kamar, sambil bayangin proyek ff baru saya!

Yup, setelah seminggu lebih sehari saya nge-posting ff saya yang itu ke koreanfanficindo, sekarang muncul ide baru lagi!! Sebenernya idenya pasaran sih, tapi dari pada kabur lagi mending idenya saya kerangkeng dulu deh di sini xDDD

Ini baru "kerangkanya" doang. Nanti aliran darah, otot, serta koneksi syarafnya menyusul (apadah pena) Hehehe, saya kaya apaan aja ya, nulis di blog yang jelas-jelas sepi pengunjung. Serasa ngobrol sama bayangan. Tapi it's ok! Blog ini cuma sekedar pelampiasan sama kehidupan asli saya!

This is it, Story abal karya Author abal!/PLAK!

~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0
Silent Melody

Pain is also part of your life, so make it as your friend. And if the silence began to wrap yourself, Look forward and ring a tone that you can only hear with your heart.

Gaungan sirine ambulan itu menggema di sepanjang jalan raya menuju Bunsan International Hospital. Satu persatu mobil yang menghalangi jalannya mulai menyamping, memberi jalan. Semua tau, kalau sebuah ambulan dengan sirine yang sangat keras dan berpacu dalam kecepatan seratus delapan puluh kilo meter per jam melintasi jalan-jalan raya di kota itu, pasti sesuatu yang buruk telah terjadi.

Langkah kaki sekelompok orang kembali bergema di sepanjang koridor Rumah Sakit itu. Sesekali salah satu dari mereka menangis, memanggil-manggil nama anaknya yang sedang terkulai lemah di atas sebuah ranjang dorong yang meluncur cepat. Selang infus darah masih terpasang di lengan bocah berusia lima belas tahun itu, menjaga agar dirinya tidak kekurangan banyak darah akibat kecelakaan yang baru saja menimpanya setengah jam yang lalu.

"SUNGHA!! SUNGHAA!!"

Jeritan itu semakin keras saat ranjang dorong bocah itu memasuki ruangan operasi. Seorang pemuda menahan ibunya, agar tidak berlari menerobos perawat yang menjaga ruangan itu. Ia memeluk pinggang ibunya erat, tanpa membiarkan ibunya berontak sedikitpun. Wanita paruh baya itu mulai melemas. Seluruh tubuhnya yang bergetar, mulai terjatuh lemas ke lantai rumah sakit yang dingin. Air matanya masih menetes di sela-sela nafasnya yang tersendat. "Sung-ha-Sung-ha-a-nak-ku"

And if you still can't hear that melody, close your eyes and felt the rythm from the silent guitar in your mind.

Bocah itu membuka kedua matanya. Ia melirik ke segala sudut ruangan itu, mencari tau di mana ia sekarang berada. Tangan kanannya mulai mengusap-usap kepalanya yang terasa pening. Ia tidak ingat apa-apa.

"Sungha" Panggil seseorang dari balik pintu yang setengah terbuka. Kepala orang itu menyembul dari balik kaca kecil di depan pintu ruang pasien yang sekarang di tempati Sungha. Pemuda itu tersenyum ke arah adiknya yang masih menerawang ke depan. Ia menghela napas pendek, lalu masuk ke dalam sambil menjinjing sebuah bungkusan merah di tangan kanannya. "Syukurlah kau sudah sadar. Ibu sangat mengkhawatirkanmu" Ucapnya seraya meletakan bungkusan itu di atas meja kecil samping ranjang Sungha.

Sungha tersentak kaget, begitu tangan pemuda itu menyentuh bahunya. Refleks, ia menoleh dan menemukan sosok Jung Yonghwa yang masih tersenyum ke arahnya. "Hyung?"

Yonghwa mengangkat sebelah alisnya heran. "Hei, kau kenapa?"

Sungha menyipitkan kedua matanya sambil memajukan kepalanya sedikit ke arah Yonghwa. Ia menggeleng pelan sambil mengangkat bahunya "Kau bicara apa? Aku tidak mendengarmu"

Yonghwa balas menatap bingung "Kau kenapa?" Ucapnya lebih keras, tapi sepertinya Sungha belum merespon kata-katanya. "Kau sungguh-sungguh tidak mendengarku?" Ucapnya lagi.

Sungha menggeleng-geleng tak mengerti. Matanya masih menatap heran pada Kakak laki-lakinya, yang masih menggerak-gerakan mulutnya. Lama ia memperhatikan gerak-gerik mulut kakaknya yang terus meneriakkan kata-kata yang tidak ia pahami. "Hyung.. aku tidak bisa mendengarmu!! Hyung! Bagaimana ini?!" Teriaknya panik di iringi tetesan air matanya yang mulai mengalir lewat sela-sela matanya. "Hyung, panggilkan dokter!! Hyung ku mohon!!"

Yonghwa tersentak kaget. Refleks ia berlari ke luar ruangan untuk mencari dokter atau perawat yang sedang berjaga malam itu. Derap langkahnya bergema di sepanjang koridor yang sepi. Ia menoleh ke kanan dan kiri, mencari-cari dimana letak ruang peraktek dokter Youngsaeng Heo-dokter yang menangani adiknya- satu minggu lalu. Kakinya berbelok ke kiri, lalu ke kanan seperti orang linglung. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. "Tidak-tidak, aku tidak boleh panik! Yonghwa.. tenangkan dirimu, dan cari dimana ruangan dokter itu"

To Be Continue

~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0

UGHYAA!! Minna~ ini baru awal-awalnya doang! Nanti lanjutannya saya posting berdasarkan wangsit yang saya terima, hehehehe xDD

Jelek? Enggak juga ah! (Wuuuu)
Bikin enek? Pastinya! Namanya juga lagi kesambet, ya ngawur jadinya. Udah ah, nanti lagi nulisnya. Saya mau bertapa dulu sambil nungguin pangsit-eh wangsit! Kekekekek

Wassalamu'alaikum!